Selasa, 05 April 2011

Adaptasi


Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup (survive). Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk:
·      memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan)
·      mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas
·      mempertahankan hidup dari musuh alaminya
·      merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya
Organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis. Adaptasi terbagi atas tiga jenis, yaitu :
1.    Adaptasi morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Contoh adaptasi morfologi, antara lain sebagai berikut :
a. Gigi-gigi khusus
Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa, serta gigi geraham dengan ujung pemotong yang tajam untuk mencabik-cabik mangsanya.
b. Moncong
Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba Amerika Tengah dan Selatan. Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan serangga lain yang merayap. Hewan ini mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigi dengan lubang berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya. Hewan ini mempunyai lidah panjang dan bergetah yangdapat dijulurkan jauh keluar mulut untuk menangkap serangga.
c. Paruh
Elang memiliki paruh yang kuat dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnya tajam. Fungsi paruh untuk mencengkeram korbannya
d. Daun
Tumbuhan insektivora (tumbuhan pemakan serangga), misalnya kantong semar, memiliki daun yang berbentuk piala dengan permukaan dalam yang licin sehingga dapat menggelincirkan serangga yang hinggap. Dengan enzim yang dimiliki tumbuhan insektivora, serangga tersebut akan dilumatkan, sehingga tumbuhan ini memperoleh unsur yang diperlukan.
e. Akar
Akar tumbuhan gurun kuat dan panjang,berfungsi untuk menyerap air yang terdapat jauh di dalam tanah. Sedangkan akar hawa pada tumbuhan bakau untuk bernapas.

2.    Adaptasi fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Contohny adalah sebagai berikut :
a. Kelenjar bau
Musang dapat mensekresikan bau busuk dengan cara menyemprotkan cairan melalui sisi lubang dubur. Sekret tersebut berfungsi untuk menghindarkan diri dari musuhnya.
b. Kantong tinta
Cumi-cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam. Bila musuh datang, tinta disemprotkan ke dalam air sekitarnya sehingga musuh tidak dapat melihat kedudukan cumi-cumi dan gurita.
c. Mimikri pada kadal
Kulit kadal dapat berubah warna karena pigmen yang dikandungnya. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh faktor dalam berupa hormon dan faktor luar berupa suhu serta keadaan sekitarnya.
3.    Adaptasi tingkah laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadap lingkungannya. Contohnya sebagai berikut :
a. Pura-pura tidur atau mati
Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati, misalnya tupai Virginia. Hewan ini sering berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing.
b. Migrasi
Ikan salem raja di Amerika Utara melakukan migrasi untuk mencari tempat yang sesuai untuk bertelur. Ikan ini hidup di laut. Setiap tahun, ikan salem dewasa yang berumur empat sampai tujuh tahun berkumpul di teluk disepanjang Pantai Barat Amerika Utara untuk menuju ke sungai. Saat di sungai, ikan salem jantan mengeluarkan sperma di atas telur-telur ikan betinanya. Setelah itu ikan dewasa biasanya mati. Telur yang telah menetas untuk sementara tinggal di air tawar. Setelah menjadi lebih besar mereka bergerak ke bagian hilir dan akhirnya ke laut.

Sumber :
http://www.forumsains.com/biologi-smu/pengertian-adaptasi/
http://organisasi.org/macam-jenis-adaptasi-makhluk-hidup-morfologi-fisiologi-dan-tingkah-laku-untuk-menyesuaikan-diri

Habitat


Habitat, rasanya istilah ini sudah tidak asing lagi kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Namun perlu disampakan kembali definisinya supaya tidak berbeda persepsinya. Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang biak. Pada dasarnya, habitat adalah lingkungan yang berada di sekeliling populasi suatu spesies yang memengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut.

Langsung saja, selanjutnya ada beberapa ciri menarik pada habitat air yang berbeda, yaitu air tawar dan air laut. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :

Ciri Habitat Air Tawar
1. Variasi temperatur atau suhu rendah
2. Kadar garam atau salinitas rendah
3. Penetrasi dari cahaya matahari kurang
4. Terpegaruh iklim dan cuaca alam sekitar
5. Aliran air terjadi setiap waktu terus-menerus pada sungai
6. Secara fisik dan biologi merupakan perantara habitat laut dan darat.
7. Tumbuhan mikroskopis seperti alga dan fitoplankton sebagai produsen utama.


Ciri Habitat Air Laut
1. Variasi temperatur atau suhu tinggi
2. Kadar garam / salinitas / tingkat keasinan tinggi
3. Penetrasi dari cahaya matahari tinggi
4. Ekosistem tidak terpegaruh iklim dan cuaca alam sekitar
5. Aliran atau arus laut terus bergerak karena perbedaan iklim, temperatur dan rotasi bumi
6. Habitat di laut saling berhubungan / berkaitan satu sama lain
7. Komunitas air asin terdiri dari produsen, konsumen, zooplankton dan dekomposer.


Cukup sekian posting saya yang singkat mengenai Habitat ini. Mudah-mudahan setelah dibaca kita dapat lebih mengenal secara rinci dan membedakan perbedaan antara habitat air laut dan tawar.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Habitat
http://organisasi.org/ciri_ciri_habitat_dan_ekosistem_di_air_tawar_dan_air_laut_ilmu_sains_biologi

Selasa, 22 Maret 2011

Salinitas Tingkat Tinggi Di Lautan Indonesia

Asinnya air laut
Laut hingga kini menjadi candu bagi wisatawan karena keindahannya yang luar biasa, bahkan hingga kini tidak sedikit pula orang yang ingin dan telah menggali lebih dalam tentang keistimewaan laut itu sendiri. Ketika berbicara mengenai lautan maka identik dengan airnya yang asin. Asinnya air laut dikarenakan air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral yang terdapat di batu-batuan dan tanah serta garam yang dibawakan oleh aliran sungai yang mengalir ke lautan. Banyaknya kadar garam yang terlarut tersebut disebut salinitas. Ilmuwan dalam bidang biologi laut dan oseanografi, pada umumnya menyatakan salinitas dengan satuan satu per seribu (‰). Ketika berbicara tentang salinitas maka pastinya akan tersirat beberapa pertanyaan yang mendasar dalam pikiran kita, yaitu misalnya seputar masalah adanya perbedaan salinitas, laut yang bersalinitas tinggi, dan lain-lain.


Laut dengan salinitas tingkat tinggi di indonesia
Pada kesempatan kali ini, demi bertambahnya wawasan nusantara maka akan lebih jauh dibahas tentang salinitas perairan laut di seputar Indonesia. Di perairan Indonesia yang termasuk iklim tropis, salinitas meningkat dari arah barat ke timur dengan kisaran antara 30-35 o/oo. Di Indonesia air samudera yang memiliki salinitas lebih dari 34 o/oo ditemukan di Laut Banda dan Laut Arfuru yang diduga berasal dari Samudera Pasifik (Wyrtki,1961). 
 
Gambar : (a) arus monsun Indonesia selama musim dingin (b) musim panas boreal
 
Sistem angin muson yang terjadi di wilayah Indonesia dapat berpengaruh terhadap sebaran salinitas perairan, baik secara vertikal maupun secara horisontal. Secara horisontal berhubungan dengan arus yang membawa massa air, sedangkan sebaran secara vertikal umumnya disebabkan oleh tiupan angin yang mengakibatkan terjadinya gerakan air secara vertikal. Menurut Wyrtki (1961), sistem angin muson menyebabkan terjadinya musim hujan dan panas yang akhirnya berdampak terhadap variasi tahunan salinitas perairan. Perubahan musim tersebut selanjutnya mengakibatkan terjadinya perubahan sirkulasi massa air yang bersalinitas tinggi dengan massa air bersalinitas rendah. Interaksi antara sistem angin muson dengan faktor-faktor yang lain, seperti run-off dari sungai, hujan, evaporasi, dan sirkulasi massa air dapat mengakibatkan distribusi salinitas menjadi sangat bervariasi. Pengaruh sistem angin muson terhadap sebaran salinitas pada beberapa bagian dari perairan Indonesia telah dikemukakan oleh Wyrtki (1961). Pada Musim Timur terjadi penaikan massa air lapisan dalam (upwelling) yang bersalinitas tinggi ke permukaan di Laut Banda bagian timur dan menpengaruhi sebaran salinitas perairan. Selain itu juga di pengaruhi oleh arus yang membawa massa air yang bersalinitas tinggi dari Lautan Pasifik yang masuk melalui Laut Halmahera dan Selat Torres. Di Laut Flores, salinitas perairan rendah pada Musim Barat sebagai akibat dari pengaruh masuknya massa air Laut Jawa, sedangkan pada Musim Timur, tingginya salinitas dari Laut Banda yang masuk ke Laut Flores mengakibatkan meningkatnya salinitas Laut Flores. Laut Jawa memiliki massa air dengan salinitas rendah yang diakibatkan oleh adanya run-off dari sungai-sungai besar di P. Sumatra, P. Kalimantan, dan P. Jawa.

Laut Banda & Laut Arafura kebanggaan Indonesia
Laut Banda adalah sebuah laut yang terletak di Kepulauan Maluku, Indonesia. Laut berukuran 500x1.000 km ini terpisah dari Samudra Pasifik oleh beratus-ratus pulau, serta Laut Halmahera dan Seram. Laut Arafura atau Laut Arafuru adalah wilayah perairan yang berada di antara Australia dan Pulau Papua, di Samudra Pasifik. Luasnya adalah 650.000 km² dan kedalaman maksimalnya adalah 3,68 km.Di kawasan Indonesia timur dapat ditemui berbagai tipe terumbu karang. Salah satunya yaitu pada perairan Banda memiliki keragaman (biodiversity) terumbu karang tertinggi dibandingkan di belahan bumi manapun (Ekawati et al., 2001). Hal ini bisa terjadi karena faktor salinitas pada perairan tersebut, karena binatang karang akan hidup subur pada kisaran salinitas sekitar 34-36 o/oo.

Ini dia lokasinya :

























Daftar Pustaka :
http://andhikaprima.wordpress.com/2009/12/28/salinitas-salinity/
http://devoav1997.webnode.com/news/mengetahui-kualitas-air-laut-/newscbm_30419/40/
http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Banda
http://one-geo.blogspot.com/2010/01/karakteristik-air-laut-ii.html
Wibisono, M.S.(2005).Pengantar Ilmu Kelautan.Jakarta:Gramedia
Ghufran, M.(2010)Ekosistem Terumbu Karang.Jakarta:Rineka Cipta
Nybakken,J.W.1988.Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis.Jakarta:Gramedia